Minggu, 09 Agustus 2009

ABOTE UREP

Urip iku abot, Jo di gawe abot...
Akeh repot, Sak trek ora amot...
Mulano uripmu, Ojo do kaku...
Meluro pasrao, Rasah do nesu...
Ugi sregep ndongo...
Gusti paringano...
Luwih pangapuro...
Maring kawulo...
Ingkang katah lepat lan doso...
Duduhne nang gusti...
Seng mesti luwih ngerti...
Ngatur urip lan mati...
Paring tentrem neng ati...
Nyukupi rejeki...
Lan sandang pangan papan,
Bakal mukti pakarti...
=======================

Jumat, 31 Juli 2009

AGAR KERJA BERNILAI IBADAH

Agar Kerja Bernilai Ibadah

Juni 25, 2009 · Disimpan dalam Opini, Tausiyah Pengasuh · Tagged ibadah, kerja, kerja bernilai ibadah, kerja ibadah

kerjaOleh: H. Yasir Maqosid, Lc

(Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Syafi’i Akrom – Jenggot Pekalongan)

Manusia hidup butuh bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam bahkan mengajarkan umatnya untuk giat bekerja dan mencari rezeki. Rasulullah saw bersabda, “Tiada seseorangpun makan makanan, yang lebih baik daripada dia makan dari (hasil) pekerjaan tangannya. Sesungguhnya Nabi Daud as, makan dari (hasil) pekerjaan tangannya.” (HR Al-Bukhari)

Suatu ketika Rasulullah saw berkata kepada para sahabatnya, “Sesungguhnya diantara dosa-dosa, ada satu dosa yang tidak bisa dihapus oleh shalat, tidak pula oleh puasa, tidak pula oleh haji dan tidak pula oleh umrah.” Para sahabat kemudian bertanya, “Lantas apa yang bisa menghapusnya, Wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Keprihatinan dalam mencari rezeki.” (HR Ath-Thabrani) Baca entri selengkapnya »

Kamis, 30 Juli 2009

INDONESIA SURGA DUNIA

TUHAN SEMBILAN CENTI
Oleh Moch &'+cox
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,
Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita di sebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning
dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok.

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
kemana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

R

HIMNE OH PONDOKKU

Senin, 27 Juli 2009

BAPAK INDONESIA

Ir. Soekarno

November 18, 2008 in Mini Biography | Tags: Soekarno

Soekarno

Ir. Soekarno, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Karno adalah soeorang nasionalis sekaligus mantan presiden Republik Indonesia yang pertama. Beliau juga merupakan pembaca naskah proklamasi kemerdekaan, serta termasuk penyumbang ide dalam penyusunan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.Bung Karno lahir pada tanggal 6 Juni 1901. Ayahnya, Raden Soekemi Sosrodihardjo seorang guru di Surabaya, sementara ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai berasal dari Pulau Bali.

Soekarno kecil tinggal di Tulung Agung bersama kakeknya. Saat usianya 14 tahun, ia diajak oleh Oemar Said Tjokroaminoto (HOS Tjokroaminoto) yang merupakan rekan ayahanya, untuk pindah dan tinggal di Surabaya. Soekarno kala itu bersekolah di Hoogere Burger School (H.B.S) yang merupakan salah satu sekolah kolonial Belanda di Surabaya. Soekarno banyak bergabung dengan organisasi tingkat nasional seperti Sarekat Islam, begitupun organisasi kedaerahan seperti Jong Java. Setelah tamat dari H.B.S, Bung Karno meneruskan sekolahnya di Technische Hoge School (ITB Bandung). Di Bandung, Soekarno mulai melebarkan sayap, ia menjalin hubungan persahabatan dengan berbagai orang penting seperti Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker (Seorang Indo-Belanda). Keduanya saat itu merupakan pemimpin National Indische Partij.

Soekarno memang terkenal memiliki banyak istri. Yang resmi ada sekitar 4 orang, yaitu Ibu Fatmawati (The First Lady), Ibu Hartini, Ibu Ratna Sari Dewi (Seorang Jepang dengan nama asli Naoko Nemoto), serta Ibu Haryati. Soekarno dikharuniai anak dari hampir semua istrinya. Dari Bu Fat antara lain Guntur Soekarnoputra, Sukmawati Soekarnoputri, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, serta Guruh Soekarnoputra. Dari Ibu Hartini, ada Taufan serta Bayu Soekarnoputra, sementara dari istrinya yang termuda, Ratna Sari Dewi, ada Kartika Sari Dewi Soekarno.

Kehidupannya sebagai seorang nomor satu di Republik Indonesia dipenuhi berbagai peristiwa penting. Di balik itu, ia tetaplah seorang pria yang ramah serta bersikap sopan pada ajudan – ajudannya. Salah seorang ajudan yang setia menemaninya hampir selama 8 tahun adalah Bambang Widjarnako. Ia menceritakan tentang Bung Karno dalam bukunya yang berjudul ‘Sewindu Dekat Bung Karno’.

Bung Karno memang seorang negarawan yang handal dan hampir perfek. Ia selalu tampil baik dan memang sungguh cocok untuk dijadikan sebagai presiden. Kehidupannya di istana diawali dengan bangun pagi, melakukan ibadah, serta berjalan – jalan di taman Istana Merdeka. Hal yang paling mengagumkan adalah, Bung Karno tahu persis hampir seluruh tanaman yang ada di taman istana. Bung Karno bahkan paham betul nama latin, banyak sedikit jumlah cahaya yang diperlukannya untuk tumbuh, masa perbungaan tanaman tersebut. Terkadang beliau menanyai ajudannya tentang hal tersebut, tujuannya tentunya agar ajudannya mau dan tidak malu untuk mempelajari sesuatu yang lain dari bidang pekerjaanya sebagai ajudan.

Bung Karno sangat mencintai alam. Ia suka berjalan – jalan dengan kaki telanjang, sebab menurutnya antara manusia dengan bumi ada hubungan yang tidak bisa dilepaskan, seperti hubungan anntara ibu dengan anaknya. Suatu waktu ada seorang dari Indonesia Timur memberi Bung Karno seekor burung yang ia tangkap. Dengan sigap Bung Karno menerimanya, lalu melepaskan burung tersebut ke taman istana. Memang Bung Karno lebih menyukai bila burung – burung dapat beterbangan dengan bebas, dan tidak terkurung di sangkarnya. Menurut beliau, kicau burung di pagi hari sangat mendamaikan jiwa.

Bung Karno juga suka mengkoleksi barang – barang antik seperti keris, arca dan berbagai benda khas nusantara. Tujuannya tidak lain adalah keindahan seni serta nilai historis yang dimiliki benda tersebut. Lukisan juga merupakan salah satu benda seni yang dikaguminya. Bung Karno menyukai aliran naturalis, baik yang berupaa manusia, hawan, alam, dsb. Saat melakukan kunjungan ke Paris, Perancis, Bung Karno pun diberi hadiah sebuah lukisan bunga mawar merah dengan setetes embun di atasnya, ia merasa sangat senang. Koleksi patung pun tidak luput dari koleksi barang antiknya. Beberapa patung kini masih ada di Istana Bogor. Bung Karno juga menyukai berbagai macam kesenian Indonesia. Misalnya seperti kesenian wayang, serta tari – tarian. Tari yang paling disukai adalah tari Gatotkaca. Hampir setiap ada penerimaan tamu negara, Bung Karno selalu mempersembahkan tarian Gatotkaca. Penari yang ada direkrut dari Sri Wedari Solo. Bung Karno juga memberikan sarannya kepada tari – tarian yang pernah dibawakan ke hadapannya. Misalkan Tarian Kecak, Bung Karno menyarankan agar pasukan hanoman yang ada untuk dilipatgandakan. Tarian Gatotkaca juga tidak luput dari sarannya, agar selama pertunjukan turut ditabuh bedug, dan hingga kini saran tersebut masih diaplikasikan oleh sanggar tari Sri Wedari. Seni bangunan pun juga dikuasai oleh Bung Karno. Hampir sebagian bangunan landmark yang ada saat itu pembangunannya diawasi langsung oleh Bung Karno. Semisal Tugu Monas, Istana Tampak Siring, Masjid Istiqlal, serta Guest House di Istana Negara. Bung Karno menginginkan semua bangunan itu bercirikan nusantara, bukan gaya Eropa, dalam hal ini